YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tubuh Mbah Marto (104) boleh saja sudah renta. Tetapi dari tatapan wajah dan cara bicaranya terpancar semangat yang kuat. Nenek yang telah memiliki 15 cucu dan delapan cicit ini mengaku sudah memasak sejak usianya 20 tahun, dari zaman penjajahan Belanda. Beruntung sampai saat ini wisatawan dapat mencicipi kelezatan masakan Mbah Marto di dapurnya yang berada di Sewon, Bantul, Yogyakarta.
"Ini khasnya memang mangut lele. Masaknya harus pakai kayu bakar, lebih enak rasanya juga beda. Kalau pakai kompor jadinya bau minyak, takut meledak juga," kata Mbah Marto saat KompasTravel berkunjung ke rumahnya bersama tim Otomotif Kompas.com, Kamis (28/9/2017).
Mbah Marto, selain gemar berbincang dengan para tamu, nyatanya juga lihai dalam memasak. Di usianya yang sudah lebih dari seabad, ia mengaku tak dapat banyak membantu. Hanya bisa memarut kelapa dan membumbui masakan anaknya.
Namun bisa jadi justru kuncinya ada di tangan Mbah Marto, sebab seluruh hidangan yang disajikan di dapurnya yang masih tradisional justru dibumbui dengan sempurna dan menghasilkan cita rasa autentik. Hidangan rumah khas pedesaan.
Misalnya mangut lele, hidangan andalan Mbah Marto, dimasak empat jam dengan kayu bakar sehingga rasanya sangat empuk. Bumbu mangut yang teresap sempurna hingga ke lele, menyisakan kuah kaldu yang berbumbu dan pedas. Dalam satu hari, anak Mbah Marto dapat memasak 30 kilogram lele.
Belum lagi hidangan lain seperti krecek, gudeg nangka, garang asem, dan opor ayam yang membuat siapapun kalap ingin menyantapnya.
Di dapur Mbah Marto, pengunjung akan terasa seperti makan di rumah nenek sendiri. Anda akan dipersilahkan mengambil piring, nasi, dan lauk pauk sesuka hati.
Mbah Marto duduk menyambut para tamunya. Ia senang mengobrol dan bernostalgia tentang masa mudanya. Alhasil sowan ke dapur Mbah Marto bukan lagi sekedar berwisata kuliner, namun juga pengalaman bersantap di kampung dengan hidangan yang terasa autentik dari tangan para pemasak berpengalaman.BACA: Lima Kuliner Pedas Yogyakarta, Dijamin Bikin Berkeringat!
Di akhir, ketika pamit pulang barulah pengunjung diperbolehkan bertanya soal harga makanan. Jangan kaget juga dengan harga nasi, satu jenis lauk, satu jenis sayur, dan minum dihargai sekitar Rp 20.000 per porsi. Padahal besarnya porsi semua tergantung dengan keinginan pembeli.
Mbah Marto, dapurnya, dan mangut lele seakan semakin menambah alasan untuk selalu kembali ke Yogyakarta.
Sumber : http://travel.kompas.com/
0 komentar:
Post a Comment