Hunian 68

11 February, 2013

Tahun Baru Imlek dan Asal Usul Klenteng



JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak orang yang belum mengetahui atau salah kaprah tentang arti Imlek. Mereka menyebut Imlek dengan sebutan hari Imlek atau hari raya Imlek. Padahal, Imlek merupakan sistem penanggalan yang dipercaya oleh umat Buddha atau kepercayaan China keturunan. Tahun baru Imlek jatuh bertepatan dengan tanggal 10 Februari 2013 penanggalan masehi. Seseorang yang menyebut tanggal 10 Februari sebagai hari Imlek berarti salah kaprah terhadap pengertian Imlek. Penyebutan dengan lafal seperti itu sama artinya dengan menyebut hari masehi atau hari hijriah.

Suherman, pengurus Vihara Dharma Bhakti, mengungkapkan, salah kaprah yang lain dari kebanyakan orang adalah mengucapan Imlek sebagai hari raya Imlek. Padahal, Imlek sama halnya seperti hijriah ataupun masehi. Persamaan kata tersebut tidak bisa disebut sebagai hari raya umat beragama.

"Makanya masih banyak orang yang salah kaprah. Imlek itu bukan hari raya, melainkan sistem penanggalan. Dari penanggalan Imlek baru deh ada macam-macam hari raya seperti cap gomeh, hari raya kue bulan, dan lain-lain," kata Suherman.

Tahun ini, masyarakat kepercayaan Konghuchu merayakan tahun baru ke-2.564. Akan tetapi, sebelum penanggalan Imlek, masyarakat Konghuchu juga sudah memiliki penanggalan lain. Jika diperhitungkan, maka saat ini merupakan tahun baru ke-4.709 penanggalan sebelum Imlek. Biasanya, setiap tahun baru Imlek, umat Buddha dan keturunan Konghuchu mendatangi kelenteng untuk memberikan penghormatan kepada Buddha Rupang.

Buddha Rupang merupakan dewa-dewa yang tersimpan dalam sebuah patung di kelenteng. Terdapat banyak Buddha Rupang di setiap kelenteng besar. Kelenteng sendiri berasal dari kata Kwan Im Teng, sebutan lama dari Vihara Dharma Bhakti sebelum berubah nama. Kelenteng ini berdiri sejak tahun 1650. Klenteng ini merupakan kelenteng pertama di Provinsi DKI Jakarta.

Sebelumnya, masyarakat Betawi yang mayoritas tinggal di sekitar Pecinaan kurang paham tentang penyebutan Kwan Im Teng atau paviliun Dewi Kwan Im. Ketika mendengar Kwan Im Teng, mereka mendengar sebagai kata kelenteng. Dari situlah asal-usul nama kelenteng di Jakarta.
"Kalau ada yang bilang kelenteng diambil dari bunyi lonceng, itu juga salah. Asal usul kelenteng dari nama Wihara Dharma Bhakti sebelumnya, Kwan Im Teng," kata Herman.

0 komentar:

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: info@bdp.co.id

Tlp: (021) 5365 5163

Our Team CS